Secara bahasa, salat berarti doa, karena di dalamnya mengandung doa.
Secara terminologi, salat adalah suatu ibadah dengan syarat tertentu
yang terdiri atas ucapan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan
takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam.
Pentingnya posisi salat dalam Islamdisabdakan oleh Rasulullah Saw:
“Pokok segala urusan adalah Islam, sedangkan tiangnya adalah salat, dan puncaknya adalah berjuang di jalan Allah Swt.”
“Salat itu adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan salat, ia
telah menegakkan agama dan barang siapa meninggalkan salat, ia akan
meruntuhkan agama.”
Tujuan salat adalah pengakuan hati bahwa, Allah Swt sebagai pencipta
adalah Mahaagung, dan pernyataan patuh terhadapNya, Tuhan Yang Mahakekal
dan Mahaabadi.
Makna Tahajud
Tahajjud artinya bangun dari tidur. Salat tahajud artinya
salat sunah yang dikerjakan pada waktu malam hari dan dilaksanakan
setelah tidur lebih dahulu walaupun tidurnya hanya sebentar. Orang yang
melaksanakan salat tahajud disebut mutahajjid.
Karena pentingnya salat tahajud ini, sebuah riwayat dari Ahmad dan
Muslim menyebutkan bahwa Allah Swt sempat mewajibkannya untuk Rasulullah
dan sahabat sebelum kemudian menetapkan kesunahannya:
Said bin Hisyam bertanya kepada Aisyah tentang salat Nabi di
waktu malam. Aisyah menjawab:”Apakah Anda tidak membaca Surah Al
Muzzammil?” “Ya,”jawab Said. Maka, salat malam pada permulaan surah ini,
dijalankan oleh Rasulullah Saw dan sahabatnya selama satu tahun, sampai
kaki mereka bengkak dan Allah Swt tidak menurunkan ayat akhir (ayat 20
Surat Al-Muzzammil) dalam surat ini selama dua belas bulan. Kemudian,
(ayat 20) diturunkan untuk meringankan sehingga salat malam menjadi
sunah sesudah diwajibkan.” (HR Ahmad dan Muslim)
Rasulullah Saw menekankan pentingnya salat tahajud dalam sabdanya:
“Kalian harus mengerjakan salat malam sebab itu kebiasaan
orang-orang saleh sebelum kalian, juga suatu jalan untuk mendekatkan
diri kepada Allah Swt juga sebagai penebus dosa dan kejelekanmu, serta
dapat menangkal penyakit dari badan.” (HR At-Tarmidzi).
Namun demikian, bukan berarti salat tahajud bisa dilaksanakan dengan
mudah. Kemalasan akibat gangguan setan selalu datang pada saat orang
seharusnya bangkit dari tidur untuk menegakkan salat. Imam Bukhari
meriwayatkan sabda Rasulullah Saw:
“Setan mengikat kuduk seseorang dengan tiga ikatan ketika ia
tidur. Lalu, setan memukul tempat tiap ikatan pada kuduk orang yang
sedang tidur sambil berkata:’Tidurlah, kamu mempunyai malam cukup
panjang.’ Bila seseorang yang tidur itu bangun dan berzikir kepada Allah
Swt, lepaslah satu ikatan. Lalu, jika ia pergi wudu, teruailah satu
ikatan lagi, dan manakala ia salat lepaslah ikatan terakhir sehingga ia
menjadi bersemangat dalam beribadah, terlepas dari segala ikatan
kesempitan jiwa dan terlindungi dari rasa malas,”(HR Bukhari).
Waktu untuk Salat Tahajud
Malam hari sebagaimana yang dimaksudkan untuk pelaksanaan salat malam
terbagi atas 3 bagian, yang disebut dengan permulaan malam, pertengahan
malam, dan penghabisan malam.
Dalam Surah Al-Muzzammil (73: 3-4) Allah Swt menerangkan waktu untuk
salat tahaud dengan sebutan: separuh malam, kurang atau lebih. Artinya,
Allah Swt menyerahkan waktu salat tahajud yang tepat sesuai dengan
kelonggaran yang ada pada diri Nabi Saw. Namun demikian, menurut hadis
yang sahih, sebaik-baiknya waktu untuk menjalankan salat tahajud adalah
pada sepertiga malam yang terakhir (sekitar pukul 02.00 atau 03.00
hingga sebelum subuh). Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
“Tuhan kita, Azza wajalla, tiap malam turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang terakhir.”
Pada saat itulah Allah Swt berfirman:’Barang siapa yang berdoa
kepadaKu pasti Kukabulkan, barang siapa yang meminta kepadaKu, pasti
Kuberi, dan barang siapa yang meminta ampun padaKu, pasti Kuampuni.” (HR Jamaah)
“Pada saat manakah salat malam yang lebih utama?” Abu Dzar
menjawab:”Saya pernah menanyakan demikian kepada Rasulullah Saw, maka
beliau bersabda:’Pada tengah malam yang terakhir, tapi sedikit sekali
yang suka mengerjakannya.” (HR Ahmad)
Dari Amar bin Abas berkata:”Saya mendengar Nabi Saw
bersabda:’Sedekat0dekatnya hamba kepada Allah Swt ialah di tengah malam
yang akhir, maka jika engkau termasuk golongan orang yang berzikir
kepada Allah Swt pada waktu itu usahakanlah!” (HR Al-Hakim)
Bilangan Rakaat Salat Tahajud dan Witir
Rasulullah Saw memberikan contoh nyata cara dan bilangan salat tahajud, sebagaimana hadist berikut:
Telah berkata Aisyah:”Bahwasanya Rasulullah Saw pernah salat
antara waktu Isya dan Subuh sebelas rakaat, yaitu ia beri salam pada
tiap-tiap dua rakaat, dan ia sembahyang witir satu rakaat.” (HR Bukhari)
Telah berkata Aisyah:”Bahwasanya Rasulullah Saw pernah salat
malam tigabelas rakaat. Dari tiga belas rakaat itu, ia salat witir lima
rakaat, dan ia tidak duduk di antara rakaat-rakaat itu kecuali pada
rakaat terakhir.” (HR Bukhari dan Muslim)
Telah berkata Aisyah:”Bahwasanya Rasulullah Saw pernah salat
tahajud empat rakaat, tapijangan emgkau tanya bagusnya dan panjangnya,
kemudian ia salat lagi empat rakaat, dan jangan tanya bagus dan
panjangnya, kemudian ia salat witir tiga rakaat.” (HR Bukhari dan Muslim)
Said bin Yazid mengatakan bahwa Nabi Muhammad Saw mengerjakan salat
tahajud tiga belas rakaat, yaitu dua rakaat untuk salat iftitah, salat
pembukaan, delapan rakaat salat tahajud, dan tiga rakaat salat witir.
Untuk memudahkan pelaksanaannya, seseorang diperbolehkan memilih satu
model untuk dijalankan secara istiqomah. Atau seserang diperbolehkan
juga menggunakna satu model pada satu malam dan pada malam yang lain
menggunakan model yang lain pula sesuai dengan kelonggarannya.
Beberapa hadis shahih menerangkan tentang salat tahajud Nabis Saw dan
hampir semua hadis tersebut menunjukkan bahwa salat tahajud yang
dilaksanakan dengan witir tersebut berbilangan sebelas rakaat atau atau
tiga belas rakaat. Bila tiga belas rakaat, dua rakaat berupa salat
iftitah, delapan rakaat salat tahajud, dan tiga rakaat untuk salat
witir.
Adapun jumlah rakaat salat witir, bilangannya adalah satu, tiga,
lima, tujuh, atau sembilan. Bila tiga rakaat, pelaksanaannya tidak boleh
sama dengan salat Maghrib – tidak boleh dengan dua tasyahud. Salat
witir, berapapun bilangan rakaatnya, hanya menggunakan satu tasyahud
pada rakaat yang terakhir.
Etika Salat Tahajud
- Berniat akan melakukan salat tahajud ketika akan tidur. Ini sesuai dengan sabda Nabi Saw:”Barang siapa yang mau tidur dan berniat akan bangun melakukan salat malam, lalu tidur sampai pagi, mereka dituliskan apa yang diniatkan itu merupakan sedekah untuk Tuhan.” (HR Ibnu Majah dan Nasai).
- Membersihkan bekas idur dari wajahnya, kemudian bersuci dan memandang ke langit sambil berdoa membaca akhir Surah Ali Imran.
- Membuka salat tahajud dengan salat iftitah.
- hendaknya membangunkan keluarganya untuk bersama-sama salat tahajud.
- Jika mengantuk sebaiknya salat dihentikan saja sampai kantuknya hilang.
- Jangan memaksakan diri dan hendaklah salat tahajjud dijalankan sesuai dengan kesanggupannya. Karena itu, mengondisikan diri adalah cara yang baik. Karena, bila sudah terbiasa bangun di tengah malam, rasa berat dan kantuk akan tidak ada.
Salat Tahajud dan Kebutuhan Homeostasis
Hikmah dan manfaat salat tahajud yang dapat diambil di antaranya adalah:
- Orang yang slat tahajud akan memperoleh macam-macam nikmat yang menyejukkan padangan mata (QS 32: 16-17), tutur kata yang berbobot, mantap, dan berkualitas, qaulan tsaqila (QS 73: 5).
- Memperoleh tempat yang terpuji, maqaman mahmuda (QS 17:79) baik di dunia maupun di akhirat, di sisi Allah Swt.
- Dihapuskan segala dosa dan kejelekannya dan terhindar dari penyakit (HR At-Tarmidzi).
Hikmah lain dari salat tahajud adalah hilangnya perasaan pesimis,
rendah diri dan minder, kurang berbobot, dan berganti dengan sikap
selali optimis, penuh percaya diri, dan pemberani tampa sifat sombong
dan takabur.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa salat tahajud dapat menjadaga
homeostatis tubuh. Ini berarti bahwa Allah Swt mensyariatkan salat
tahajud dan supaya dijalankan dengan ikhlas, bukan untuk kepentingan
Allah Swt, melainkan untuk kepentingan yang menjakankan itu sendiri.
Allah St berfirman:
”Barang siapa yang menjalankan amal saleh, maka itu adalah untuk
dirinya sendiri. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan, maka itu
akan menimpa dirinya sendiri ….” (QS Al-Jatisyah: 15)..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar